cerpen : hydrangea – matcha di pagi hari – part 1

“ Panas “ keluh Elara sambal mengipas muka dengan tangannya sendiri berkali-kali. Beberapa hari ini Bandung memang terasa lebih panas dari biasanya, tapi sore hari sampai malam pasti hujan besar dengan kilatan peting yang mengajak nafsu untuk tidur saja bersama selimut tebal di kasur yang empuk. Ini bukan pancaroba tapi memang musim hujan yang ekstrim dengan panas yang begitu menyengat sebelumya. Elara yang sedang menunggu kelas Bahasa di luar masih saja melakukan hal yang sama dengan sesekali menutupi wajahnya dengan buku besar yang mempunya cover yang tebal.

“ masih lama ya masuknya ? kok kelas ini belum keluar aja ? “ Tanya Elara pada Sarah yang duduk disampingnya dengan tas yang disimpan di atas pahanya.

“ kaya gak tau aja Ra dosen ini kan suka korupsi waktu, jadi suka lama keluarnya “ Jelas Sarah dengan wajah yang polos.

“ iya sih tapi kan panas banget di sini, si bapak sih enak di dalem ada AC kita disini kan gak ada “ Wajah Elara makin memelas saja. Kelasnya memang berada di area luar jadi tidak ada fasilitas AC, yang ada hanya pemandangan yang kalau di lihat semakin membuat kipas-kipas karena matahari sangat terik.

“ Ra “ Sarah menyenggol sengaja tangan Elara dengan sikutnya.

“ Apa ? “

“ Itu cakep ya ? “ Sarah memandangi seorang laki-laki berkulit putih dengan tinggi standar yang sedang memakai sweater berbahan tipis berwarna abu.

“ Ah, itukan ketua himpunan jurusan biologi Sar “

“ Kok kamu tau sih ? “

“ Hah .. “ Elara mulai berlagak sok “ aku kan pendengar yang baik Sar “ masih saja Elara sombong dengan mengetahui laki-laki bersweater yang terlihat tidak kepanasan itu.

“ Dih bukan pendengar yang baik juga kamu Ra “

“ Loh ko kamu gitu sih Sar ? “

“ Lu mah tukang nguping “ mata Sarah sangat terlihat meledek karena membulat dan besar ditambah dengan senyum yang sama sekali bukan dari hati.

“ Ih kamu sar “ Elara mengubah senyum sok tahunya dengan memajukan dagunya agar dikasihani oleh Sarah yang tahu tentang penguping sok pendengar yang baik.

“ Habisnya sok banget tau soal dia, padahal tau darimana coba? Pasti denger dari orangkan? Nah itu nguping namanya Ra “ Kata Sarah dengan tawa kecil di akhir kata-katanya.

Sejak awal masuk kampus Sarah, Elara dan empat teman lainnya memang dekat sampai makan siang bareng, pergi ke perpus bareng walaupun yang meminjam atau yang mengembalikan buku hanya satu orang saja, pokoknya semua bareng kecuali Elara yang selalu banyak alasan kalau mereka semua mau pergi nonton atau main selain hari ngampus. Wajar Elara lebih suka waktunya dihabiskan dengan menulis atau nonton drama korea, lagi pula menurutnya kalau sekedar nonton nanti juga akan tayang di tv jadi sabar aja. Diantara yang lainnya Elara tak begitu berisik atau banyak omong kecuali percakapannya penting, Elara selalu terlihat paling serius diantara yang lainnya entah karena lulusan asrama yang banyak peraturan atau memang begitu yang Elara sukai.

“ Yuk masuk “ Ajak Hani yang sebelumnya sibuk dengan Handponenya.

“ … “ Elara mengagguk tanpa berkata sepatah katapun.

Begitulah hari-hari yang Elara lewati, hanya bersama kelima sahabatnya tanpa tambahan seorang lelaki dalam hidupnya kecuali ayahnya yang telah lama meninggalkannya dan adiknya yang sedikit dingin yang membuat persaudaraan mereka tak terlihat baik.

Selama mata kuliah Bahasa Inggris berlangsung Elara hanya sibuk dengan pensil dan buku skceth nya dan menggambar dikertas putihnya, itu adalah cara paling ampun agar dia bisa menghafal dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh dosen baginya, entah karena kebiasaan atau memang begitulah cara menghafal bagi Elara, yang pasti dengan menggambar dan menyisipkan beberapa kata penting dari dosen dia hanya perlu melihat gambarnya kemudian membaca sisipan itu dan mendengar temannya yang sibuk tanya jawab sebelum ulangan berlangsung.

“ Woy “ Seseorang di belakang menarik rambut Elara, membuatnya untuk memutas pandangannya ke belakang.

“ Ah .. “ kata Elara pelan setelah melihat orang yang di belakang bernama Vickor yang memang punya kebiasaan jahil pada orang “ .. apaan sih ? “ Elara terlihat sangat malas.

“ Dengerin dosen, lu ngegambar mulu “ kata Victor menunjuk pak Yoseph dengan bulpointnya.

“ Lu juga Tor dengerin bukan liatin gue gambar “ Elara membalikkan kembali badannya, hah that’s the point, Elara tersenyum kemudian melanjutkan kegiatannya lagi.