Tentang Jo dan Laurie di Little Woman

Minggu lalu ada satu film yang cukup membekas untuk saya, yang pada akhirnya membuat saya rasanya harus menuliskan pengalaman aneh ini di sini. Little Women, rilis di tahun 2019 dan saya baru saja menontonnya di akhir pekan lalu. Saya memang bukan tipe yang suka menonton film, buat saya drama Korea atau video-video YouTube jauh lebih menyenangkan untuk ditonton. Tapi rekomendasi justru membawa saya menonton film ini.

Seperti judulnya, film ini bercerita tentang tiga wanita muda dengan jalan pilihannya masing-masing. Tapi dibalik semua ceritanya, bagian akhir dari cerita ini justru membuat lebih emosional, ditambah muncul video-video potongan film ini di YouTube yang padukan dengan lagu-lagu sedih yang ngena banget.

Gimana enggak baru saja menyadari teman di masa lalu bisa saja jadi masa depan, eh ternyata dia menikah dengan keluarga kandungnya sendiri. Banyak yang bilang “cinta terlambat,” atau “Louie jatuh cinta terlalu cepat, dan Jo sebaliknya, cinta yang dia rasa terlambat.” Menurut saya bukan itu.

Perlu digaris bawahi tentunya, kalau pandangan setiap orang berbeda. Dan buat saya kesimpulan dari cerita mereka bukan itu.

Ada momen dimana Jo bilang, “ aku lelah… Aku kesepian.” Buat saya ini penekanan bahwa saat itu begitulah kondisinya. Entah bagi orang lain, bagi saya yang kalau boleh cerita sedikit pernah diposisi yang sama (ingin kembali dengan orang di masa lalu), masalahnya adalah kesepian.

Hidup ini sudah terlalu melelahkan bukan? Buat Jo, menulis tapi tidak pernah dapat nilai A, keluarga adalah nomor pertamanya, adik kecil yang disayanginya sakit keras adalah runtutan hal yang harus dia genggam sendirian. 

Semuanya meledak, ketika sadar bahwa harusnya ada seseorang yang bisa jadi tempat dimana dia merasa dicintai. Karena saat itu, setidaknya dia bisa menitipkan sedikit keluhannya pada orang lain. Kalau sendirian tentu tidak bisa.

Disaat sendiri lah dia mencari orang yang dia rasa baik dan mencintainya. Di masanya saat ini dia tidak menemukannya, entah karena lingkupnya yang terlalu kecil, hidupnya yang harus tentang uang dan mengesampingkan hubungan dengan orang lain, dan banyak hal lain. Akhirnya bawah sadarnya mengembalikan sosok itu.

Sosok yang dia kira masih mencintainya seperti saat terakhir kali mereka bisa saling memberitahukan perasaannya. Bukan sepenuhnya cinta, saya rasa. Hanya rasa ingin memiliki saja karena saking lelahnya dengan semua drama kehidupan. Itu juga alasan dia bisa memutuskan untuk mengejar seseorang yang datang jauh untuk menemuinya.

Membuat ini entah alasan saja, seperti pembenaran atas tindakan atau kelakuan saja beberapa tahun lalu. Tapi, begitulah menurut saya. Menurut kalian gimana?

Jago Atur Uang Sejak Muda, Terapkan 5 Kebiasaan Ini Untuk Tingkatkan Finansial Kamu

Bicara tentang keuangan erat hubungannya dengan keterikatan antara manusia dan rasa memiliki akan suatu barang yang dibutuhkan dan diinginkan. Sebagai manusia kita cenderung ingin memiliki suatu barang jika kita rasa barang itu cocok untuk digunakan, entah barang tersebut dapat menunjang kegiatan sehari-hari atau tidak.

Keadaan saat ini juga seolah mendukung naluri tersebut, adanya gambar dan video yang bisa dengan mudah kita akses di akun media sosial membuat kita yang awalnya adalah seorang penikmat visual menjadi ingin memiliki hal yang sama.

Jujur saja, keadaan tersebut bahkan diperparah dengan e-commerce yang saat ini mudah sekali diakses bahkan hingga menawarkan banyak di akhir dengan tujuan memuaskan pembeli. Barang-barang yang tadinya hanya dibayangkan saja, justru mudah dimiliki terlepas dari bagaimana cara membelinya.

Hal-hal diatas jelas merupakan keadaan yang terjadi di masyarakat. Hubungan antara uang dan era digital yang dianggap mempermudah segalanya bagi kalangan masyarakat. Berada di hubungan yang menguntungkan sekaligus jurang ini, tentunya kita harus mulai berpikir ulang tentang bagaimana seharusnya kita tetap bisa memanfaatkan kemudahan ini dan tidak berlebihan.

Nah, inilah saatnya bagi kita untuk memulai kebiasaan-kebiasaan tentang mengatur uang bahkan jika bisa berdampak menjadi meningkatkan keuangan. 

Memang benar, jika era digital ini membawa banyak kemudahan-kemudahan bagi kita. Namun, tentu tawaran-tawaran indah yang dibawa era digital ini juga memiliki banyak dampak negatif bagi kita.

Jika sebelumnya di atas dijelaskan secara singkat bagaimana era digital yang erat hubungannya dengan anak muda ini memiliki sisi yang jelas perbedaannya, mari kita menyelam sedikit lebih dalam mengenai era digital ini yang tentunya sangat berkaitan erat juga dengan keuangan.

Era digital mengenalkan kita dengan sistem serba mudah yang bisa kita lakukan hanya dengan sentuhan jari saja. “Memiliki telepon pintar sama dengan menggenggam segalanya,” begitu katanya. Komunikasi jauh lebih mudah dan serba cepat, informasi mudah diakses, belanja tidak perlu langsung ke toko, bahkan kita bisa menawarkan barang dan jasa di berbagai platform yang disediakan.

Karena kenyaman-keamanan yang ditawarkan tersebut, seringnya kita lupa bahwa era digital juga penuh dengan hal-hal yang melemahkan kita. Kita sebagai orang yang menikmatinya terbuai dengan manisnya era digital tidak sadar bahwa tidak sedikit pekerjaan-pekerjaan yang mulai diambil alih, hoax yang tidak dapat diatur arusnya, hingga penipuan informasi yang banyak terjadi belakangan.

Berhubungan dengan dampak yang secara tidak sadar diberikan kepada kita, perlahan kita harus mulai mengatur kebiasaan kita agar tidak terlena. Jika era digital bisa saja mengambil alih pekerjaan kita, maka mulailah kesempatan-kesempatan lain agar tetap bisa berpenghasilan. Jika belum tahu apakah berita yang kita baca benar atau tidak, cari sumber lain yang lebih terpercaya, dan lainnya.

Lalu bagaimana jika ingin tetap berpenghasilan bahkan menambah penghasilan di tengah situasi era digital yang menyimpan banyak godaan ini? Bagaimana cara mengatur finansial agar tidak terjebak dengan strategi bisnis yang menjebak di sosial media? 

Inilah 5 kebiasaan yang bisa kita lakukan untuk mengatur finansial dan menambah penghasilan sejak muda:

  1. Rencanakan keuanganmu

Sebelum siap meningkatkan finansial, hal paling pertama yang harus dilakukan adalah merencanakan keuangan. Tidak perlu terlalu terperinci di awal, kelompokkan terlebih dahulu kebutuhan sehari-hari yang kita butuhkan. 

Orang-orang banyak merencanakan keuangannya dengan mengelompokkan kebutuhan selama satu bulan kedepan. Misalnya: 20 persen untuk ditabungkan, 40 persen untuk kebutuhan sehari-hari, 20 persen lainnya untuk hal-hal yang dibutuhkan di luar kebutuhan harian, dan sisanya disimpan untuk kebutuhan mendadak, dan lain-lain. 

Ada banyak sistem pengelompokan kebutuhan dengan teori yang berbeda, namun yang paling tepat pada akhirnya adalah kita yang mengetahuinya. Tentunya karena kita yang bisa memperkirakan atau merencanakan keuangan sesuai dengan gaya hidup kita.

  1. Jangan beli barang tanpa rencana

Masih melanjutkan mengenai merencanakan keuangan, membeli barang-barang juga harus menjadi perhatian. Lagi, jika kita berbicara tentang era digital dimana barang sangat mudah dijangkau. Tidak jarang kita jadi menginginkan barang yang tidak sepenuhnya diperlukan.

Untuk barang seperti itu, kita harus memperkirakan apakah benar-benar diperlukan atau sebaiknya. Namun jika ingin membeli barang yang harganya lebih tinggi seperti gadget dan lainnya, ada satu cara yang bisa dilakukan.

Terapkan sistem beli barang ketika uang di tabungan sudah mencapai tiga kali harga barang. Hitungannya kembali bisa disesuaikan, tergantung dengan penghasilan dan rencana keuangan. Misalnya tentang sistem ini adalah begini: Bulan ini ada satu barang yang ingin dibeli, handphone keluaran Samsung terbaru yang harganya Rp5.500.00 rupiah. Maka untuk bisa beli handphone tersebut setidaknya di tabungan kita sudah memiliki Rp16.500.000.

  1. Membayar segera hutang

Menggunakan uang yang sebetulnya bukan milik kita tentunya tidak sepenuhnya salah, namun jika tidak diperhitungkan akan jadi bumerang. Kita barang yang kita perlukan tidak dibutuhkan secepat mungkin, tentunya lebih baik menabung terlebih dahulu untuk membeli barang. Jangan tergiur pinjaman-pinjaman untuk membelinya.

Namun, jika uang dibutuhkan secepat mungkin. Meminjam boleh saja, tapi ukur terlebih dahulu kemampuan kita. Mulai dari gaji yang diterima, pengeluaran, lalu apakah masih ada uang yang bisa digunakan untuk membayar hutang. Intinya lihat terlebih dahulu nilai barang tersebut dan kemampuan kita untuk membayar nantinya.

  1. Menabung

Untuk simpanan jangka pendek, menabung jadi salah satu hal yang menjadi perlu untuk dimiliki. Selain caranya mudah, ketika membutuhkan uang secara mendadak uang yang ditabungkan juga mudah untuk diambil.

Bukan hanya itu, dengan menabung secara teratur juga bisa membantu untuk meningkatkan finansial, lho. Caranya dengan melakukan poin ke-5.

  1. Mulai berbisnis

Jika era digital dihubungkan dengan kemudahan untuk mengakses perniagaan dengan mudah maka ayo ambil kesempatan untuk memanfaatkan dengan menawarkan barang atau jasa yang dimiliki.

Sesederhana mulai menulis misalnya, memanfaatkan berbagai platform atau bangun website sendiri dan mulai menulis. Dengan mengisinya secara konsisten dan dibuat menjadi sedikit lebih serius, menulis bisa membawa uang ke tabungan juga, lho. 

Bahkan menulis dan membangun website juga dikatakan sebagai investasi jangka panjang berbentuk tulisan. Tentunya setelah website kita sudah diberikan akses untuk mendapatkan iklan dan berbayar. Bukan hanya itu, untuk menjadikan tulisan sebagai investasi tentunya ada strategi yang harus digali lebih dalam lagi tentang menulis.

Nah, itulah 5 kebiasaan yang bisa kita mulai dari sekarang untuk meningkatkan finansial di masa era digital ini. Gimana, siap mulai dari hari ini? Yuk bangun kebiasaan-kebiasaan positif ini dan jago atur uang sejak muda.***